KOMPONEN-KOMPONEN CPU

Selasa, 27 September 2011

| | | 0 komentar
Perangkat keras komputer (hardware) adalah semua bagian fisik komputer, dan dibedakan dengan data yang berada di dalamnya atau yang beroperasi di dalamnya, dan dibedakan dengan perangkat lunak (software) yang menyediakan instruksi untuk perangkat keras dalam menyelesaikan tugasnya.
Seperti yang kita tahu bahwa komponen hardware ada yang disebut Central Processing Unit (CPU). CPU merupakan otak dari komputer yang menjadi kendali utama komputer. Terdapat banyak komponen-komponen didalamnya, diantaranya Mainboard atau Motherboard, VGA card, RAM, sound card, power supply, dan lain-lain
Komputer sekarang pada umumnya adalah komputer pribadi, (PC) dalam bentuk casing desktop atau tower (menara) kotak yang terdiri dari bagian berikut:

Gambar CPU tampak samping

Gambar CPU modern tampak depan


Gambar CPU tampak belakang

Berikut ini adalah komponen-komponen penyusun CPU :
• MOTHERBOARD
Fungsi Motherboard adalah sebagai tempat untuk memasang atau meletakkan berbagai komponen, misalnya prosesor, VGA card, sound card, memori, dan lain-lain. (* Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca diMOTHERBOARD / MAINBOARD.)

• RAM ( Random Access Memory)
RAM adalah media penyimpanan data sementara yang bisa dibaca dan juga dapat diubah sesuai dengan keinginan kita, tempat penyimpanan data jangka pendek, sehingga komputer tidak perlu selalu mengakses hard disk untuk mencari data. Jumlah RAM yang lebih besar akan membantu kecepatan PC.

Jenis-jenis RAM :
o SDRAM (Synchronous Dynamic RAM) – Type RAM yg dibuat pada tahun 1996. SDRAM merupakan RAM yg sangat legendaris, dan mampu bertahan lama dalam perkembangan system komputer.
o DDR (Double Data Rate) – Type RAM yg merupakan pengembangan lanjut dari teknologi SDRAM. DDR dibuat pada tahun 2000. DDR pertamakali dibuat sebagai pesaing utama dari memory RDRAM yg dikembangkan Intel dan Rambus pada awal generasi Pentium 4, dan saat ini menjadi mainstream dari platform komputer. 1.024MB PC2100/2700/3200.
o DDR2 (Double Data Rate Generation 2) – DDR2 merupakan generasi lanjutan dari DDR dengan perbaikan berbagai fitur, seperti penggunakan IC BGA (Ball Grid Array) yg tahan panas & memiliki densitas tinggi serta FSB yang lebih tinggi. •
o RDRAM (Rambus Dynamic RAM) – Type RAM yg pertamakali dibuat tahun 1999. RDRAM merupakan RAM yg menggunakan teknologi baru yg dikembangkan oleh perusahaan bernama Rambus. RDRAM mempunyai kemampuan bandwidth yg menyamai kebutuhan bandwidth pada processor Intel Pentium 4.

• VGA CARD
VGA Card adalah singkatan dari Video Graphic Adapter Card atau juga lebih dikenal dengan istilah Kartu Grafis yang memiliki fungsi untuk mengolah gambar yang akan ditampilkan ke monitor. Berdasarkan letaknya, VGA dibagi menjadi 2 macam yaitu VGA onboard dan VGA add-on. VGA onboard adalah VGA yang sudah terintegrasi / tertanam pada motherboard. VGA onboard ini menggunakan memori utama / RAM sebagai memory VGA alias share memory dan processor sebagai pengolah gambar. VGA add-on adalah VGA yang terpisah dengan motherboard yang memiliki interface PCI Express atau AGP. Pada VGA add-on sudah memiliki GPU dan memory sendiri. Inilah yang sering dan lebih tepat jika disebut sebagai Video Card atau dikenal dengan VGA Card.

• HARDISK (STORAGE)
Harddisk adalah salah satu komponen penting pada komputer yang di dalam nya terdapat piringan magnetik (platter) yang berfungsi sebagai media panyimpanan data yang bersifat non-volatile, maksudnya walaupun tidak ada aliran listrik, data yang sudah kita simpan dalam harddisk tidak akan hilang. Tempat penyimpanan data atau yang biasa dikenal dengan storage yang bersifat permanen dibedakan menjadi dua macam, yaitu: removable storage, yaitu storage yang dapat dipindah-pindah dan non-removable storage, yaitu storage yang bersifat tetap.
Koneksi dari harddisk menuju komputer adalah dengan menggunakan kabel yang ditancapkan pada slot IDE untuk harddisk jenis P-ATA (Paralel ATA) dan slot serial untuk harddisk jenis S-ATA (Serial ATA). Untuk motherboard desktop tipe baru, hanya disediakan 1 slot IDE, sedangkan slot SATA bisa mencapai 8 buah. Untuk server biasanya menggunakan SCSI dan versi serialnya adalah SAS (Serial Attached SCSI). Untuk server jenis baru, dapat menggunakan Fiber optik untuk performa lebih cepat.
Hardisk memiliki kapasitas harddisk yang menentukan besar kecilnya kemampuan harddisk untuk menampung data. Kapasitas harddisk dihitung dengan ukuran bytes. Untuk saat ini harddisk sudah memiliki kapasitas hingga ratusan GB (1 Gigabyte = 1024 MB). Juga memiliki Kecepatan Rotasi , maksudnya adalah kecepatan putar dari platter atau piring magnetik yang ada didalam harddisk dan memiliki satuan rpm (rotation per minute). Harddisk terdiri dari beberapa keping plat yang merupakan media penyimpanan yang ada didalam harddisk.

• SOUND CARD
Salah satu komponen multimedia yang tentu saja berperan adalah sound card atau kartu suara. Disebut demikian karena perangkat yang berbentuk sebuah lempengan PCB ini mampu mengolah dan menghasilkan suara. Sebuah sound card memiliki output yang harus terhubung ke spiker. Sound card, juga sering disebut audio card, adalah periferal yang terhubung ke slot ISA atau PCI pada motherboard, yang memungkinkan komputer untuk memasukkan input, memproses dan menghantarkan data berupa suara.
Seperti halnya VGA card, sound card pun memiliki beragam bentuk, macam dan jenis. Sound card memiliki empat fungsi utama, yaitu sebagai synthesizer, sebagai MIDI interface, pengonversi data analog ke digital (misalnya merekam suara dari mikrofon) dan pengonversi data digital ke bentuk analog (misalnya saat memproduksi suara dari spiker). Sedangkan cara pengangkutan suara biasanya menggunakan tiga cara, yaitu melalui teknologi frequency modulation (FM), wavetable, dan model fisik. Sintesa lewat FM adalah cara yang paling efektif untuk menghasilkan suara yang jenih, meski mahal. Suara disimulasikan dengan menggunakan bilangan algoritma untuk menghasilkan sine wave, alias gelombang yang lentur sehingga menghasilkan suara yang mirip suara sumber aslinya. Misalnya, suara denting gitar akan disimulasikan dan hasilnya akan mendekati suara asli.

• MODEM
Modem merupakan suatu alat yang dapat menjembatani suatu komputer untuk dapat beroperasi dalam jaringan. khususnya jaringan internet dan biasanya dihubungkan dengan line telepon standar.
Modem adalah singkatan dari Modulator-Demodulator Modulate adalah proses penerjemahan data dari digital ke analog sehingga bisa ditransmisikan. Demodulate adalah sebaliknya, proses menerjemahkan dari analog ke digital. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyal pembawa (Carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa (carrier) yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Modem merupakan penggabungan kedua-duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah. Setiap perangkat komunikasi jarak jauh dua-arah umumnya menggunakan bagian yang disebut “ Modem “, seperti VSAT, Microwave Radio, dan lain sebagainya, namun umumnya istilah modem lebih dikenal sebagai Perangkat keras yang sering digunakan untuk komunikasi pada komputer.

• FLOPPY DISK
Floppy Disk adalah media yang bisa dilepas dan mengijinkan kita dengan sangat mudah untuk memasukkan dan mengambil informasi melalui media disket.

• CD Drive
CD Drive adalah media penyimpanan data/informasi lainya melalui cd. Hampir mirip dengan floppy disk hanya medianya saja yang berbeda.
Perkembangan CD Drive :
  • CD – tipe paling umum media yang dapat dilepas, murah tapi mudah rusak.

• POWER SUPPLY
Sesuai dengan namanya, Power supply unit (PSU) berfungsi untuk memasok daya ke komponen lain pada PC. Semua komponen PC (selain power supply) akan memperoleh pasokan daya dari power supply tersebut. Spesifikasi yang sering dicantumkan adalah daya maksimum total dan daya maksimum masing-masing tegangan (bisa juga arus maksimum). Nilai-nilai ini sebaiknya dicermati. Adapun tegangan yang umum disediakan oleh power supply adalah +3,3V, +5V, +12V, -5V, -12V, dan +5VSB (Standby).
Dahulu jenis power supply yang sering digunakan adalah model AT. Pada model ini, kita harus menekan tombol ON/OFF pada CPU jika ingin mematikan komputer. Tapi saat ini, jenis power supply yang banyak digunakan adalah ATX karena model ini memberikan kemudahan mematikan CPU tanpa harus menekan tombol ON/OFF pada CPU, cukup dengan mengklik Shutdown.

Pada power supply terdapat beragam konektor antara lain:

Terdapat dua jenis power supply yaitu jenis AT ,menpunyai 12 output dan ATX mempunyai 20 output.

• CASING (CHASIS)
Seperti halnya rumah, casing digunakan untuk mengamankan komponen PC yang ada di dalamnya. Namun, semua komponen PC yang bekerja pada chassis pasti mengeluarkan panas. Bila aliran panas tersebut tidak bagus, suhu di dalam chassis akan meningkat, suhu komponen PC akan meningkat, dan memungkinkan mengakibatkan ketidakstabilan fungsi komponen PC di dalamnya. Oleh karena itu, casing yang baik, juga harus memiliki kemampuan melepas panas secara efektif.
Ada 2 jenis casing yaitu :
o Desktop ( horizontal )
o Tower ( Vertikal/ berdiri). Casing tower terbagi :
  • Tull Tower
  • Middle Tower
  • Mini Tower
Casing Tower
Menurut form factornya, casing dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, antara lain:
o AT
Merupakan tipe chassis yang digunakan pada motherboard lama, dimana tidak terdapat fitur power management, sehingga untuk mematikan komputer, masih harus menekan tombol power.
o ATX
Merupakan pengembangan dari chassis tipe AT, dimana sudah mendukung fitur power management.
o BTX
Pengembangan dari Intel untuk kalangan industri, yaitu dengan menciptakan motherboard dengan ukuran kecil (small form factor), dimana diklaim lebih hemat daya.
o DTX
Pengembangan dari AMD yang ditujukan untuk kalangan industri sebagai tanggapan atas pengembangan BTX dari Intel. DTX didesain lebih kecil dan dinyatakan lebih sesuai sebagai standar industri.

Biography of Mother Teresa

Senin, 26 September 2011

| | | 1 komentar

Mother Teresa was born in Yugoslavia on August 27th, 1910. Her original name was Agnes Gonxha Bojaxhiu. Her father owned a small farm. At the age of twelve she realized that what she wanted to do most of all, was to help the poor. She decided to train for missionary work and came to India at the age of nineteen to join the Sisters of Loretto, an Irish community of nuns with a mission in Kolkata. In 1928 she took her initial vows as a nun.
From 1929 to 1948 Mother Teresa taught at St. Mary's High School in Kolkata but the suffering and poverty she glimpsed outside the convent walls disturbed her. In 1946 she left the convent school and devoted herself to working among the poor in the slums of Kolkata. She had no money so she started an open-air school for homeless children. Soon she was joined by many voluntary helpers. Various church organizations and the municipal authorities gave her monetary help. This made it possible for her to start her own order The Missionaries of Charity' to love and take care of those persons whom nobody was prepared to look after. Today the 'The Missionaries of Charity' has over one thousand sisters and brothers, many of whom have been trained as doctors, nurses and social workers.

Various projects for rehabilitating slum-dwellers, children's homes, homes for the dying, clinics and a leper colony, etc., were started by Mother Teresa. The Missionaries of Charity' has also spread worldwide and undertakes relief work for a number of countries in Africa Asia and South America.

Mother Teresa's work has been recognized throughout the world and she has received a number of awards, the most prestigious being the 1979 Nobel Peace Prize; in 1971 she received the Pope John XXIII Peace Prize; the Bharat Ratna and many more. The great soul left the world on 5th September, 1997.

Tips for Writing a Story

Minggu, 25 September 2011

| | | 0 komentar

Tips for writing a story abound, not only in lists of ideas compiled by others, but from within our own minds. Each of us is a walking bank of plot material. That should be music to a writer’s ears. To repeat a very positive cliché: Write what you know.

If you made a list of the high points in your life, perhaps some low points too, you would have a list of creative writing topics so long you would never be able to build stories around them all.

In analyzing aspects of your life and those who people it, you will find enough material for writing a character analysis or two. You would definitely be writing character sketches. Not necessarily would you be writing about one person in particular. You would borrow this trait from one, that trait from another.

A perfect example of this is my fiction short story, Grandpappy’s Cows, which is posted in the Flash Fiction section.


Then...

...in a completely different genre, check out my Recipes. These are listed in this Short Story section because each one is written with a short story attached. Spice up your recipes by writing stories based on the recipes.

The first recipe/story is Ahi Steak for Busy People. It's a delicious fish recipe that takes only a few minutes to prepare.




Short stories are fun to write. The best stories are metaphors. You can use your story to make a point without saying point-blank what you wish to impart. Metaphors leave the reader thinking, keeping your story fresh in their minds.

For example, suppose you know of a young girl being led down a questionable pathway in life.

    You write about her and her family but you never come right out and say she is dangerously headed in the wrong direction. You simply relate her life, as anyone would view it. Leave the conclusion to the reader to have an Aha! experience when they realize the underlining message.

One of the best teachers of writing to get you started is to read the writings of others. Not just read, but study the tips for writing a story. Think how many books you’ve read and wished to emulate. The same holds true for short stories, your unique stories that you are ready to write.

    Several short stories are presented and discussed. Tips for writing a story, or that particular story, are included.

I remind that my multi-genre writing covers myriad topics. They run from soft and fuzzy to covering the harsh realities of life. If anything offends you, it’s not meant to. Simply click into another story.


Biography Writing Format

| | | 0 komentar

Biography writing format has a lot in common with personal character reference writing. You’ll be creating a character analysis about your history and accomplishments.

You'll be writing a Bio in Third Person. This eliminates the unintentional boastfulness that can come from writing in First Person and having to use “I” again and again... and again.

In order to display the sharp, interesting, and quality information that should be included in a biography, and nothing more, try not to stray from the focus of each topic you cover about the person.

The tips included here should help you focus on the information about a person you wish to have remembered.

When writing a biography, you will research to bring together certain aspects of the person about whom you write. Therefore, it is necessary that you have in mind the purpose of your writing.

    Do you wish to portray the person as a super-mom, a rags-to-riches millionaire, or maybe a homeless man who once had it all and how he ended up in such a dire situation?

Have in mind a focal point to build upon. Remember that you will also be doing character reference writing.

    You may have your own plan, but do follow a good biography writing format.

Know exactly what you wish to say or the points you wish to make known about the person. Writing a biography can be revealing.




Points to consider:


    ~ Shorter biographies focus only on highlights of a person’s life, or even a single endeavor.

    ~ Long biographies tell the story of a person’s life, again focused on a certain slant about that person’s accomplishments.

    ~ Very long biographies, perhaps book length, can cover a person’s entire lifespan.


When you have a person in mind about whom to write, also have a solid biography writing format ready to guide you.

    If you write about someone unknown, perhaps a figure from history, begin research to learn important facts to include. Make your list according to the biography writing format tips below.

    In today’s world, some of the best research comes right off the Internet. However, be wary of the source of the information you draw from the Internet.


Use the same biography writing format when writing about someone you know or knew.

    Research must also be done in this case as well, but you may find contacting friends and relatives, business acquaintances, and others to yield the information you need.


In considering a person’s life and how to document it, these are some questions you may contemplate:

    ~ What events in this person’s life, from child to adulthood, shaped him or her?

    ~ What hurdles did they overcome in order to accomplish what they did?

    ~ What did this person do that was the highlight of their life?

    ~ Did this person do anything that was special and affected many others?

    ~ How is this person known, locally, nationally, or internationally?

    ~ Write about examples from the person’s life that illustrates the qualities you choose to highlight.

    ~ Is the world, or simply the family and friends, better off for having known this person?


In using your biography writing format, and when finally beginning to write, you need not write everything in chronological order.

To start by saying John Doe was born on August 14, 1914 and died on August 14, 1964 may be attention-getting in that he was born and died on the same day years later, but it is BORING.

Instead, you may use 1-3 beginning paragraphs highlighting an event of great importance in this person’s life. Then you go back to the beginning and write in a certain order.


    ~ Write in Third Person, present tense.

    ~ If you write about a person you know, write it from YOUR POINT OF VIEW and learn how to avoid using the dreaded “I” too many times when expressing your opinions.

    ~ You may write about how that person’s life affected you. You may write about how you interacted with this person during the moments you include in the telling.

    ~ Omit any and all people who are not involved in the events you write about.

    ~ Include dialogue anywhere you can. It not only breaks up the many paragraphs of narration, it injects the flavor of the person in the history.

    ~ Do not make-up dialogue. Either the person said something or they didn’t. If you cannot remember it verbatim, say “He said something like…” And what you think he or she said needs to be as accurate as you can possibly make it.

    ~ Good biography writing format includes closure at the ending. Include another scene that highlights the person, maybe something they accomplished and how it affected others.


Finally, in publishing a biography you’ve written about someone else, understand that what you say and the impression your words make may be seen by the public for a good long time.

In order to assure that you have portrayed the person the way you intended, have it edited, then have several people read it.




If you attempt writing a biography about yourself, perhaps for business purposes, and your intention is to promote yourself, a good place to start is by utilizing the best Biography writing format, no matter how little experience you may have.

    Practice personal character reference writing. It is the first cousin of writing a Bio.

Make the personal accounting of yourself stunning.

    When writing a Bio, write it in Third Person, present tense, as if you were writing about someone else.

Many writers favor writing it loosely in First Person. The industry standard is Third Person, present tense, with a business-like feel to it. Your personal character will shine through.

When a literary agent wants to tell someone about you, hopefully a book acquisitions editor at a publishing house, they can read your Third Person accounting of yourself as if it were they talking about you.

They will be reading your personal character reference writing about yourself. And it will be exquisite if it sounds like they are talking about you instead of you talking about you.

If your Biography is written in First Person using the personal pronoun “I,” the person trying to tell someone about you must then convert each time you use “I” to “she,” to your name, before they can speak.

Writing is a business. Use the proper Biography writing format from the beginning without having to go back and change it later.

Get it right immediately without risking the chance no one wants to read the many times “I” must appear in a First Person account.

Writing a Biography in Short Form

| | | 0 komentar

Let me stress that writing a Biography is like writing a personal character reference. In fact, many writers seek others who are experts at descriptive writing and explanatory writing. Those people are practiced at saying a lot and saying it succinctly.

    Learn about personal character reference improves the content of writing a Biography. Improving your Bio is another step in becoming polished at your craft.

    (Writing a personal character reference for others, in the form of a recommendation letter, will be discussed, with samples, in the Letters section of this Web site.)

After reading the main Biography page on this site, and then the long Bio and analysis, you will better understand how to whittle the information down. This helps when writing a Biography to suit any career field. With the exception of the long and medium Biographies, you will be writing only a paragraph to cover all your information.

In the samples below, note that it is acceptable to place the first appearance of the full name in bold print. The full name should appear as close to the beginning of the first paragraph as possible.

    Any time you list proper names of publications or companies, or titles of books, use italics. Though you may find instances where it’s necessary in writing a Biography, avoid using bold in these short forms.

    Titles are usually allowed in bold print and italics the first time they appear. However, when writing a biography in the shorter forms, it is wise to simply use italics only.

Too much bold print should be avoided. It distracts from a smooth read. Put recurring titles in italics only. Recurrences of your name need not be in bold or italicized. If you wish to draw a wee bit of attention to a word, title, or phrase, only italicize it.

You will not include information like loglines (what a story is about) in shorter Bios. Enough space to do so cannot be allowed. It also detracts from the purpose when writing a Biography in short form.

And, as always, do not include any dialogue.




The medium Bio, at 184 words:

Mary Deal was Co-founder and past President of Kauai Writer’s Roundtable. Poetry, short stories, and other writings and photos, have been published or accepted by Capper’s, The Voice, Mississippi Crow,Gator Springs Gazette, Hinduism Today, Changing Courses, Mountain Luminary, Generation X International Journal, Moondance Int’l. Film Festival Newsletter and others, including her hometown and local newspapers, The River News-Herald and The Garden Island, respectively. Her feature screenplay, Sea Storm, adapted from a self-published novel placed as a Semi-Finalist in a Moondance International Film Festival Competition. Five Star Publications, Inc. chose one of her short stories and related photo to use in an anthology titled Letters of Love: Stories from the Heart. Mary has completed four novels, with another novel and three nonfiction books nearing completion.

Additionally, her company, Mele Publishing, doing business as Starving Writer’s Reprieve, previously offered two writing contests awarding $1,000 Grand Prizes in each.

She has self-published two novels using print-on-demand: The Tropics, a sea/island adventure, and The Ka, a paranormal Egyptian fantasy.

Mary has lived in the Caribbean, in England, and now resides on the island of Kauai in Hawaii.

_________________________


The above medium length Bio allows for including more information, and can be a wee bit more personal. More of your experience can be added in another paragraph. This Bio was meant to fulfill the requirement of a one-page Biography.

When writing a Biography for yourself, you can use some descriptive writing or explanatory writing, to liven the information a bit more than allowed in the real short versions.

Writing a Biography similar to the one above, as well as the much shorter versions below, will be the ones you use the most. Save the long Bio for posting in workshops, or for any other sites and places where all-inclusive styles are allowed.





When literary agents ask for a very brief writing history, the purpose of using a much shorter version becomes clear. The next two versions would suffice for that purpose.



A shorter version at 113 words:

Mary Deal was Co-founder and past President of Kauai Writer’s Roundtable. Poetry, short stories, photos, and other writings, have been published or accepted by Capper’s, The Voice, Mississippi Crow (online and print), Gator Springs Gazette (online and print), Hinduism Today, Changing Courses, Mountain Luminary, Generation X International Journal,Moondance Int’l. Film Festival Newsletter and others, including her hometown and local newspapers. Her feature screenplay, Sea Storm, adapted from a self-published novel placed as Semi-Finalist in a Moondance International Film Festival Competition. Five Star Publications, Inc. chose one of her short stories and related photo to publish in an anthology. Mary has completed four novels, with another novel and three nonfiction books nearing completion.

_________________________


This Biography is intended to be included in one-page letters when querying agents for representation; and only if the agent asks for a brief history of writing accomplishments.

When writing a Biography of any type, provide only what is required.

In listing magazines and periodicals that have published your writings, the more prominent the publication, the more attention you will receive. But don’t hedge. If you mention a magazine, you need to be prepared to send a tear sheet (copy of the piece as it was printed), or photocopy of the page, if requested.

At 113 words, this data could be broken up into two paragraphs. But in the interest of keeping the query letter to the industry standard of the one-page, it is acceptable to bunch it together to fit in with the rest of the information your need to convey.

Notice how much of my original informational history, from the previous two Biography pages, has been omitted. Writing a Biography for, perhaps, agents’ queries, requires are that you state only your writing accomplishments. Get to the point of writing a personal character reference as if writing about someone else. That’s one of the secrets to making it easier.





The following is the 98-word version I used when querying agents for The Ka manuscript:

A native of Walnut Grove, California, Mary Deal lived in the Caribbean and England before settling on the island of Kauai in Hawaii where she now makes her home. The Tropics, set in both the Caribbean and Hawaii, was her first novel published. It is fictionalized from some of her life-threatening escapades at sea. Her next two novels, already written, are mystery/suspense stories. One takes place in her hometown area of the Sacramento River Delta, another in a fictitious locale on the west coast. She is presently working on her next historical fantasy set in the Hawaiian Islands.

_________________________


Notice that I did not mention my novel, The Ka. In the interest of brevity, when page space is a precious commodity, it is not necessary to mention the work for which you submit the query letter.

It is difficult at best to be all-inclusive when writing a Biography of this type. It’s more like all-too-lean explanatory writing with no fluff.




Still other requirements are for 50 words or fewer. This 49-word blurb is from the back cover of The Tropics:

Mary Deal, co-founder and past-President of Kauai Writer’s Roundtable, has had award winning poetry, short stories, photos, recipes, and gag lines published. She writes in several genres. Presently polishing her next novel,Daughter of the Nile is a historical fantasy set in both modern day and 18th Dynasty Egypt.

_________________________

The following version, containing only 32 words, is from the back cover ofThe Ka:

Mary Deal spent four years researching 3,500 years of Egyptian dynasties before writing The Ka. She lives in Kapa`a, Hawaii, and is presently writing another historical fantasy set in the Hawaiian Islands.

_________________________

When writing a Biography for the back cover of your book, 50 words is the maximum allowed by most publishers. You want most of the back cover blurb to be about the story, to whet the interest of readers perusing the shelves for something new and exciting to read. They always look at the back cover synopsis of the story.

Learning about the writer comes later. If the story attracts their interest, they will buy it. Unless readers follow a certain author, they do not buy books according to an unknown author’s Biography. Even when they are familiar with the author, no reason exists to read something they already know about that person.

Authors are, however, the creators of books. So the picture and one-to-two line Bios are necessary. Too, longer Bios can be included inside the book.

I include this information here only to convince you to learn about writing a Biography in minimalist style. You will need it before submitting your book manuscript to any agent.

That’s it for mini-Bios. No dialogue, no fluff, simply to the point.


Sabtu, 24 September 2011

| | | 0 komentar

| | | 0 komentar

HIV/AIDS

Rabu, 21 September 2011

| | | 1 komentar

Pendahuluan

LEBIH dari 60 juta orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan, jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) 40 juta.

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat, pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV.

HIV merupakan bagian dari kelompok virus yang disebut Lentivirus yang ditemukan pada primata nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus monyet yang dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV). HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan dua tipe HIV, yakni HIV- 1 dan HIV-2, yang menyerang salah satu sel dari darah putih yaitu sel limfosit.

Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS.

Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal. HIV begitu cepat menyebar ke seluruh dunia. Ibarat fenomena gunung es di lautan, penderita HIV/AIDS hanya terlihat sedikit di permukaan.

Pengertian HIV/AIDS

AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia. HIV dengan cepat akan melumpuhkan sistem kekebalan manusia. Setelah sistem kekebalan tubuh lumpuh, seseorang penderita AIDS biasanya akan meninggal karena suatu penyakit (disebut penyakit sekunder) yang biasanya akan dapat dibasmi oleh tubuh seandainya sistem kekebalan itu masih baik.

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Bagaimana HIV/AIDS Menyerang Tubuh


Animasi 1. Sel T pembantu menyerang patogen

Dalam keadaan sehat, sistem kekebalan tubuh dapat membasmi kebanyakan virus, bakteri dan patogen yang menyerang tubuh.





Animasi. 2. Virus AIDS membunuh sel T pembantu

Ketika virus AIDS menginfeksi tubuh, sel-sel T pembantu dirusak sehingga menyebabkan lemahnya sistem kekebalan.


Animasi.3.V irus menyerang tubuh

Pada saat sistem kekebalan rusak, tubuh menjadi semakin mudah terkena penyakit dan tubuh menjadi tak berdaya melawannya. Penyakit inilah yang biasanya menjadi penyebab kematian pada penderita AIDS.

Tes HIV/AIDS

Gejala-gejala umum yang terlihat dan dirasakan penderita tak dapat dipastikan positif mengidap AIDS. Untuk memastikan tertular tidaknya seseorang terhadap virus HIV/AIDS maka perlu dilakukan tes darah yang dinamakan tes ELISA -1 dan ELISA -2 serta jika tetap positif harus dikonfirmasi dengan tes WESTERN BLOT.

Tindakan Bila Sudah Terinfeksi HIV/AIDS

  • Pergunakan selalu kondom bila berhubungan seksual.

  • Makan makanan yang bergizi tinggi.
  • Selalu hidup bersih dan sehat.
  • Jangan berganti-ganti pasangan seksual.

  • Mintalah nasehat dokter yang merawat, apa saja yang sebaiknya dilakukan.

Cara HIV/AIDS Ditularkan

AIDS adalah salah satu penyakit yang menular. Namun penularannya tak semudah seperti virus influenza atau virus-virus lainnya. Virus HIV dapat hidup di seluruh cairan tubuh manusia, akan tetapi yang mempunyai kemampuan untuk menularkan kepada orang lain hanya HIV yang berada dalam: darah, cairan vagina dan sperma.

Cara penularan HIV/AIDS yang diketahui adalah melalui:

  • Transfusi darah dari pengidap HIV;

  • Berhubungan seks dengan pengidap HIV;

  • Sebagian kecil (25-30%) ibu hamil pengidap HIV kepada janinnya.

  • Alat suntik atau jarum suntik/alat tatoo/tindik yang dipakai bersama dengan penderita HIV/AIDS; serta

  • Air susu ibu pengidap AIDS kepada anak susuannya.

Mencegah HIV/AIDS

Cara mencegah masuknya suatu penyakit secara umum di antaranya dengan membiasakan hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan sehat, berolah raga, dan melakukan pergaulan yang sehat. Beberapa tindakan untuk menghindari dari HIV/AIDS antara lain:

  • Hindarkan hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan dengan satu pasangan seksual.

  • Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi.

  • Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi dengan dokter.
  • Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor darah.

  • Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin sterilitasnya.

  • Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV/AIDS di kalangan panasun(pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding perilaku risiko lainnya. Di Kampung Bali Jakarta 9 dari 10 penasun positif HIV.

Persepsi Salah Tentang HIV/AIDS

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang sampai sekarang belum ditemukan obat dan vaksinnya yang benar-benar bermanfaat untuk mengatasi AIDS. Itulah sebabnya AIDS merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. Munculnya anggapan yang salah terhadap tindakan dan prilaku sehubungan dengan HIV/AIDS semakin mengukuhkan penyakit ini untuk ditakuti.

Oleh sebab itu perlu diketahui bahwa HIV/AIDS tidak menular melalui:

  • Bekerja bersama orang yang terkena infeksi HIV.
  • Gigitan nyamuk atau serangga lain.
  • Sentuhan tangan atau saling pelukan.
  • Hubungan Seks dengan menggunakan kondom.
  • Penggunaan alat makan bersama.
  • Penggunaan toilet bersama.
  • Semprotan bersin atau batuk.


HIV (Human Immunodeficiency Virus)

| | | 0 komentar
AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrome) dikenal sejak tahun 1981 pada lima orang pria homoseksual di Los Angeles, Amerika Serikat (Sepkowitz, 2001). Pada tahun 2000, jumlah orang yang terinfeksi HIV di dunia diperkirakan 42 juta orang, dimana dua pertiganya tinggal di Afrika. HIV menginfeksi laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, bahkan bayi, semua warna kulit dan ras, dan berbagai orientasi seksual. Dari jumlah tersebut, 20 juta orang telah meninggal akibat AIDS pada Desember 2000, dan 3 juta diantaranya adalah anak-anak. Di Indonesia, menurut data Departemen Kesehatan (Depkes), diperkirakan terdapat 90.000 sampai 130.000 orang dengan HIV positif.

HIV AIDS

Penyebab AIDS diketahui pada tahun 1983, yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu Retrovirusyang termasuk dalam famili Lentivirus. Dua virus HIV yang berbeda secara genetik namun berhubungan antigennya adalah HIV subtipe 1 (HIV-1) dan HIV subtipe 2 (HIV-2) yang dapat bereaksi silang pada uji serologik (Mitchell and Kumar, 2003; Jawetz et al., 1996). AIDS pada dasarnya adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh, disebabkan oleh HIV (Sepkowitz, 2001).

Struktur HIV

Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase (Gambar 1). Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi proteinmature (Mitchell and Kumar, 2003).

struktur HIV

Gambar 1. Struktur HIV (Tillman, 2001)

Perkembangbiakan HIV

Meskipun berbagai sel dapat menjadi target dari HIV, ada dua target utama infeksi HIV yaitu sistem imunitas tubuh dan sistem saraf pusat (Mitchell and Kumar, 2003; Fauci et al., 2001; Cornain dkk., 2001) tetapi virion HIV cenderung menyerang limfosit T. Jumlah limfosit T penting untuk menentukan progresivitas penyakit infeksi HIV ke AIDS (McCloskey, 1998; Drew, 2001). Limfosit T menjadi sasaran utama HIV karena memiliki reseptor CD4+ (sel T CD4+). yang merupakan pasangan ideal bagi gp120 permukaan (surface glycoprotein 120) pada permukaan luar HIV (enveloped) (Schols, 1996; McCloskey, 1998). Molekul CD4+ merupakan reseptor dengan afinitas tinggi terhadap HIV. Hal tersebut menjelaskan adanya kecenderungan selektif virus terhadap sel T CD4+ dan sel CD4+ lainnya, yaitu makrofag dan sel dendritik. Selain berikatan dengan sel CD4+, glikoprotein pada selubung HIV, yaitu gp120 akan berikatan dengan koreseptor pada permukaan sel untuk memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel tersebut. Dua macam reseptor kemokin pada permukaan sel CD4+, yaitu CCR5 dan CXCR4 yang dikenal berperan dalam memfasilitasi masuknya HIV. Reseptor CCR5 banyak terdapat pada makrofag dan reseptor CXCR4 banyak terdapat pada sel T. Selubung HIV gp120 berikatan dengan gp41 akan menempel pada permukaan molekul CD4+. Pengikatan tersebut akan mengakibatkan perubahan yang menyebabkan timbulnya daerah pengenalan terhadap gp120 pada CXCR4 dan CCR5. Glikoprotein 41 akan mengalami perubahan yang mendorong masuknya sekuens peptida gp41 ke dalam membran target yang memfasilitasi fusi virus (Mitchell and Kumar, 2003; Fauci et al., 2001; Hogan et al., 2001).

Dengan glikoprotein gp41 transmembran (transmembrane glycoprotein 41), maka akan terjadi fusi antara permukaan luar dari HIV dengan membran limfosit T CD4+, sedangkan inti (core) HIV melanjutkan masuk sel sambil membawa enzim reverse transcriptase (Pavlakis, 1997). Bagian inti HIV yang mengandung RNA (single stranded RNA) akan berusaha membentuk double stranded DNA dengan bantuan enzim reversetransciptase yang telah dipersiapkan tersebut, kemudian dengan bantuan DNA polimerase terbentuklah cDNA atau proviral DNA. Proses berikutnya adalah upaya masuk ke dalam inti limfosit T dengan bantuan enzimintegrase, maka terjadilah rangkaian proses integrasi, transkripsi yang dilanjutkan dengan translasi protein virus, serta replikasi HIV yang berlipat ganda yang nantinya akan meninggalkan inti. Setelah mengalami modifikasi, saling kemudian berusaha keluar menembus membran limfosit (budding) dan virion baru yang terbentuk siap menginfeksi limfosit T CD4+ berikutnya. Sel yang pecah akan mati, demikian proses ini terus berlangsung sehingga jumlah limfosit T CD4+ cenderung terus menurun dan perjalanan penyakit cenderung progresif (Drew., 2001)

Perjalanan HIV

Perjalanan penyakit HIV merupakan perjalanan interaksi HIV dengan sistem imun tubuh. Terdapat tiga fase yang menunjukkan terjadinya interaksi virus dan hospes yaitu fase permulaan/akut, fase pertengahan/kronik dan fase terakhir/krisis (Mitchell and Kumar, 2003). Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, fase tersebut ditandai oleh penyakit yang sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV. Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia), demam, ruam kulit, dan terkadang radang selaput otak (meningitis asepsis). Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia (beredarnya virus dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid, serta penurunan jumlah sel T CD4+. Beberapa lama kemudian, respon imun spesifik terhadap HIV muncul sehingga terjadi serokonversi. Respon imun spesifik terhadap HIV diperantarai oleh sel T CD8+ (sel T pembunuh, T sitotoksik cell) yang menyebabkan penurunan jumlah virus dan peningkatan jumlah CD4+ kembali. Walaupun demikian, penurunan virus dalam plasma tidak disertai dengan berakhirnya replikasi virus. Replikasi virus terus berlangsung di dalam makrofag jaringan dan CD4+ (Mitchell and Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).

Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam sel T CD4+ yang berlangsung bertahun-tahun. Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Setelah bertahun-tahun, sistem imun tubuh mulai melemah, sementara replikasi virus sudah mencapai puncaknya sehingga perjalanan penyakit masuk ke fase krisis. Tanpa pengobatan, pasien HIV akan mengalami sindrom AIDS setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun (Mitchell and Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).

Fase krisis ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem imun, meningkatnya jumlah virus dalam darah (viral load) dan gejala klinis yang berarti. Pasien mengalami demam lebih dari 1 bulan, lemah, penurunan berat badan dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai dibawah 500/µL. (Mitchell and Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).

Diagnosis HIV

Gejala infeksi HIV disesuaikan dengan fase perjalanan penyakit. Gejala infeksi HIV pada awalnya sulit dikenali, karena seringkali mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita tampak sehat. Kadang-kadang dalam enam minggu pertama setelah penularan, timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, sakit menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan selangkangan. Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan sampai 4-5 tahun mungkin tidak muncul gejala. Pada tahun ke-5 atau ke-6, mulai timbul diare berulang (kronis), penurunan berat badan secara mendadak (> 10%), sering sariawan dan pembengkakan kelenjar getah bening (Mitchell and Kumar, 2003).

Sangat disarankan memeriksa darah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dengan cara Elisa Reaktif sebanyak dua kali. Bila hasilnya positif, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan Imunofluoresensi Western Blot untuk memastikan adanya HIV di dalam tubuh. Screening terutama dilakukan pada orang yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, seperti sering berganti-ganti pasangan seks, pecandu narkoba suntikan, mendapati gejala penyakit yang khas karena infeksi HIV, menderita penyakit yang memerlukan transfusi darah terus-menerus seperti hemofilia dan sering berhubungan dengan cairan tubuh manusia (Mitchelland Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).

Pengobatan HIV

Belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Ada obat yang dapat memperlambat perkembangan HIV, dan memperlambat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetapi belum ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh penderita. (Mitchell and Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).

Pengobatan AIDS bertujuan untuk mempertahankan keadaan sehat tanpa efek samping yang berarti dalam waktu yang lama. Caranya adalah dengan menekan viral load sehingga menekan produksi virus dan mengembalikan fungsi sistem imunitas tubuh. Pengobatan AIDS dengan ARV harus bersifat kombinasi karena adanya resistensi virus terhadap ARV. Tiga golongan ARV yang dikenal adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), non nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRI), dan protease inhibitor (PI). Kombinasi ARV bisa berupa 3NRTI, 2NRTI+NNRTI, dan 2NRTI+PI. Pasien AIDS harus menggunakan ARV terus menerus dan apabila pengobatan ARV berhenti, maka akan terjadi resistensi dan kegagalan pengobatan (Sepkowitz, 2001; Fauci and Lane, 2001; Thaker and Snow, 2003).

GB Virus C (GBV-C)

1. Sejarah Penemuan

Pada tahun 1967, dari seorang ahli bedah dengan inisial G.B. yang menderita hepatitis akut, (Masuko et al., 1996). Kemudian dapat diisolasi dua virus baru yang merupakan virus RNA positif strand dan termasuk famili Flaviviridae, yaitu Virus GB tipe A (GBV-A) dan Virus GB tipe B (GBV-B) (Simons et al., 19951). Ternyata GBV-A dan GBV-B hanya didapati pada kera tamarin (Alter et al, 1996). Tahun 1996, ditemukan virus lain yaitu GBV-C pada penderita hepatitis akut, kronis maupun orang sehat yang tinggal di Amerika Serikat, Kanada dan Afrika (Leary et al., 1996). GBV-C (Alter et al, 1996). Seperti juga Virus Hepatitis C (VHC), VHG dan GBV-C memiliki persamaan asam amino dan nukleotida lebih dari 95% dan 85%, sehingga disimpulkan kedua virus tersebut berasal dari spesies virus yang sama dengan isolat yang berbeda (Retno et al., 2000).

2. Struktur GBV-C

GBV-C termasuk famili flaviviridae yang terdiri dari molekul RNA single stranded dan memiliki kurang lebih 9.500 nukleotida (Sherlock, 1999). Dua puluh lima persen GBV-C memiliki persamaan asam amino dengan VHC, dan sifat kronisitasnya cukup menonjol pada infeksi manusia. Pola genom secara keseluruhan mirip dengan VHC dan flavivirus lain (Di Bisceglie, 1996). Virus ini cukup unik diantara flafiviridae karena tidak menyandi suatu protein yang menyerupai inti (core like protein) yaitu protein yang letaknya dekat ujung amino dari poliprotein virus. Asam amino VHG dan GBV-C memiliki homologi sebanyak 29% dengan VHC, yang menunjukkan bahwa virus tersebut berbeda dan bukan serotipe dari VHC. VHG dan GBV-C memiliki homologi asam amino sebanyak 48% dengan GBV-A dan 28% dengan GBV-B. Dalam pembicaraan selanjutnya VHG dan GBV-C akan disebut sebagai GBV-C. GBV-C memiliki dua macam protein yaitu 2 protein struktural (protein E1 dan E2) dan 5 protein nonstruktural (protein NS2, NS3, NS4, NS5A dan NS5B) (Tillmann et al., 2001) (gambar 4). Protein E2 merupakan protein utama yang dapat merangsang terbentuknya antigen dalam tubuh.

genom GBV-C

Gambar 2. Struktur Genom GBV-C (Tillmann et al., 2001)

1. Prevalensi dan Jalur Penularan GBV-C

GBV-C dapat ditularkan melalui darah dan produk darah hubungan seksual dan vertikal dari ibu ke janinnya. GBV-C juga dapat ditularkan melalui serum yang terinfeksi pada binatang primata, termasuk tamarin, simpanse dan kera macaca. GBV-C banyak dideteksi pada pengguna obat-obatan intravena. Prevalensi GBV-C berbeda pada berbagai populasi. Centers for Disease Control and Prevention telah menemukan diantara pasien di Amerika Serikat yang didiagnosis hepatitis non-A, non-B kira-kira 18% positif terdapat RNA GBV-C yang mana sebagian besar pasien (80%) juga terinfeksi dengan VHC (DiBisceglie, 1996; CDCP, 1996),

Infeksi GBV-C dapat terjadi pada donor darah sehat (Linnen et al., 19962). Prevalensi infeksi GBV-C pada donor darah di Surabaya, Indonesia sebesar 2,7%. Sedangkan prevalensi infeksi GBV-C dan koinfeksi dengan VHC yang terjadi pada penderita penyakit hati kronis di Surabaya sebesar 8,4% (Retno et al., 2000).

Kelompok resiko tinggi pada penularan GBV-C adalah pekerja seks komersial (PSK) dan pria homoseksual. Di Taipei, Taiwan, 21% wanita PSK tanpa riwayat penggunaan obat-obatan intra vena didapatkan RNA GBV-C yang positif. Seroprevalensi RNA GBV-C pada pria homoseksual yang positif terinfeksi HIV di Frankfurt, Jerman, adalah 8,5%. Peneliti yang sama menganalisis antibodi terhadap glikoprotein envelope E2 (E2Ab) dari GBV-C dan menemukan jumlah prevalensi keseluruhan sebesar 31,9%. Di Spanyol, prevalensi RNA GBV-C telah dilaporkan sebesar 13,4% dan 19%. Sebesar 51% dari pria homoseksual yang terinfeksi HIV di Skotlandia menunjukkan positif RNA GBV-C dan 4 dari 17 sampel negatif, dengan PCR menjadi positif (Wacthler et al., 2000).

2. Diagnosis GBV-C

Diagnosis spesifik sesuai jenis virus penyebab hanya bisa ditentukan melalui pemeriksaaan laboratorium (Hardie, 2005). Diagnosis infeksi GBV-C dilakukan dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) yaitu untuk mendeteksi adanya RNA virus dalam serum, jaringan atau cairan yang terinfeksi lainnya. PCR masih merupakan metode unggulan yang tersedia saat ini untuk diagnosis adanya infeksi GBV-C. Kemungkinan ketidaksesuaian hasil pemeriksaan PCR dengan prevalensi infeksi GBV-C dapat terjadi pada orang yang telah sembuh dari infeksi atau pada saat tidak mengandung GBV-C lagi (Di Bisceglie, 1996).